Thursday, November 22, 2012

Lawan Palestina, Iron Dome Israel Tak Efisien?


Share to:
Iron Dome Israel/ Reuters
Sistem pertahanan anti rudal Iron Dome menjadi teknologi terbaru dalam perang antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza dalam sepekan terakhir. Dengan sistem pertahanan ini, rudal dan roket yang diluncurkan para pejuang Palestina, mampu ditangkis dan dihancurkan sebelum menyentuh tanah Israel.

Sistem pertahanan ini dikembangkan setelah Israel berperang melawan Lebanon pada 2006 silam. Kala itu, 4.000 roket menghujani Israel. Sebanyak 44 warga sipil tewas. Belajar dari pengalaman itulah sistem Iron Dome dikembangkan. Angkatan bersenjata Israel bekerja sama dengan industri pertahanan Israel, Rafael Advanced Defense Systems, mulai mengembangkan Iron Dome.

Pada 2010, setelah hasil uji coba menunjukkan hasil efektif, Amerika Serikat mulai ikut mendanai pengembangan sistem ini. AS akhirnya turut ambil bagian dalam pengembangan sistem pertahanan udara ini.


Cara kerja


Iron Dome dioperasikan dengan sejumlah komponen kunci, termasuk sistem radar yang dapat mendeteksi rudal balistik dan roket. Informasi yang diperoleh radar memungkinkan alat ini bisa melacak letak roket atau rudal yang mengancam. Dengan cepat, alat ini bisa menentukan sasaran dan menganalisa ancaman. Sebuah peluncur yang berisi 20 rudal penghalau bisa bekerja secara mandiri.

Menurut kepala proyek yang mengembangkan sistem ini, Fitur kunci dari sistem Iron Dome adalah komando dan pusat kontrol, yang menyinkronkan informasi dari sistem radar. Kemudian, alat ini menentukan target mana yang akan dihalau. Alat ini bekerja dengan algoritma kompleks, dengan daya dukung dan kapasitas yang mengagumkan.

Selain bisa mendeteksi segala bentuk ancaman rudal, Iron Dome bisa mengukur lintasan peluru, kapan, dan bagaimana identifikasi ancaman akan menyerang wilayah yang dilindungi. Rencana intersepsi dibangun berdasarkan jenis ancaman.

Namun, sistem pencegah ini perlu diluncurkan pada waktu yang tepat. Supaya tepat sasaran dan bisa menghancurkan target pada tempat yang tepat pula. Program pada sistem pertahanan ini mampu mengukur dan bertindak sesuai dengan tingkat ancaman, perubahan data pada program interseptor, dan bagaimana mengenai sasaran.

Sistem Iron Dome bekerja dengan tingkat akurasi tinggi dari jarak jauh. Artinya, wilayah yang berada dalam jangkauan rudal penghalau ini akan aman dari serangan rudal dan roket musuh. Sistem Iron Dome ini mampu menghalau roket yang diluncurkan dari jarak lebih dari 70 kilometer, lebih jauh dari yang diperkirakan. Sistem ini mampu menghantam roket yang mengancam dengan jarak 15 sampai 20 kilometer dari peluncur.

Bekerja efektif?

Meski Iron Dome tidak memiliki tingkat intersepsi yang sempurna, pejabat Israel telah memberikan pujian atas kinerja sistem pertahanan ini. Sistem yang unik bisa membedakan antara roket Qassam dengan Fajr. Sistem ini juga bisa bekerja dengan interseptor lain. Pejabat Israel juga menilai sistem ini bisa menganalisa ancaman dengan efektif, khususnya serangan jarak dekat dan menghancurkannya dengan kecepatan tinggi.

Selama dipergunakan dalam perang di Jalur Gaza, alat ini telah menghalau ratusan roket dan rudal yang menghujani Israel. Tingkat keberhasilannya sekitar 85 persen. Hasilnya, meski roket dan rudal yang diluncurkan oleh Palestina mencapai ratusan, warga Israel yang tewas bisa dihitung dengan jari tangan saja.

Selain lolosnya sejumlah rudal dan roket Palestina, yang menjadi pertanyaan adalah berapa biaya untuk mengoperasikan Iron Dome ini. Laman csmonitor menuliskan sekali peluncuran interseptor, menguras biaya sebesar US$50 ribu (sekitar Rp481,790 juta). Sementar itu, laman abcnews.go.com, menulis untuk mengoperasikan satu rudal pencegat dan radar pendeteksi diperlukan US$40 ribu.

Perhitungan lain disampaikan ahli yang dimuat laman The National. Untuk mengoperasikan setiap bateri untuk peluncur diperkirakan menghabiskan US$21 juta (Rp202,35 miliar). Analis memperkirakan diperlukan sekitar 20 bateri untuk melindungi kota-kota di Israel. Para ahli memperkirakan biaya setiap peluncuran rudal pencegan mencapai US$100 ribu (Rp963,58 juta).

Jumlah itu terlihat sangat mahal jika bandingannya adalah roket-roket Palestina yang dihancurkan Israel. Sebab, menurut laman time, harga satu roket Palestina tak lebih dari US$1.000 (Rp9,6 juta) saja.

Hingga saat ini, Israel belum mengungkap secara pasti berapa biaya yang diperlukan untuk menjatuhkan roket dan rudal yang diluncurkan pejuang Palestina. Namun, sejumlah pakar memperkirakan Israel telah menghabiskan US$8 juta (sekitar Rp77 miliar) dalam pertempuran tiga hari.

Efisien atau tidak penggunaan sistem Iron Dome ini, yang jelas Israel telah merencanakan invasi darat untuk menghancurkan gudang-gudang rudal Hamas. Cara ini tampaknya lebih dipilih daripada melanjutkan dengan mencegat rudal-rudal Hamas dengan Iron Dome yang berbiaya tinggi itu. Israel telah menyiapkan 60.000 pasukan cadangan untuk serangan melalui jalur darat ke Gaza.

Soal biaya, pejabat senior Israel mengatakan negaranya justru berhemat. Sebab, jika rudal dan roket Palestina itu menghantam wilayah dan warganya, harga yang hharus dibayar akan melebihi biaya operasional Iron Dome ini. "Pikirkan jika roket-roket menghantam warga, ada korban jiwa, terluka, merusak infrastruktur akan menghabiskan biaya lebih besar. Jadi US$100 ribu tidak setara dengan sebuah rumah yang penuh dengan anak-anak," kata pejabat senior Israel yang dikutip time. Baca juga: PerbandinganSenjata Israel Vs Palestina

Sumber:

1 comment:

  1. bohong, pak......coba cari beriata versi lain....israel pasti tidak akan mengkui kalo pertahanan mereka koar kacir.pembual besar itu

    ReplyDelete